Tuesday, August 9, 2016

Geliat Uang Rakyat





Geliat uang rakyat ada di sini, pasar krempyeng yang hanya buka di sore hari. Iseng aja sore ini mengamati mereka, bagaimana mulai mengkais rejeki. Membuka lapak di sore hari kala matahari masih menyengat kulit. Bagaimana tidak, sore hari matahari dari arah barat begitu menantang semangat para penjual yang posisi lapaknya menghadap timur. Walhasil, kebanyakan mereka menamengi diri dengan tenda biru.

Mari kutunjukkan satu persatu, lapak penjual di pasar depan warkopku.
Pasar ini terletak di jl Raya Sungon, Suko Sidoarjo. Meski awal mulanya hanya segelintir orang yang menjadi pelopor, namun sekarang sudah makin banyak saja pedagang yang berjualan. Aneka macam jualannya. Dari ujung utara, lapak pedagang kuliner. Ada nasi goreng, tahu tek, lontong mie, bakso, sate bakso, sampai sandal jepit. Xixixix...ora nyambung aturan penataannya. Tapi yo rapopolah, ini ibaratnya lahan sedekah sementara. Karena pemilik jalan adalah pihak developr perumahan di depannya.



Saya memakai istilah itu bukan tanpa sebab. Karena pihak developer sama sekali tidak ikut campur dalam penataan, keamanan, dan kebersihannya. Apalagi retribusinya. Semua diserahkan pada pihak wakil dari masyarakat di dusun ini. Ibaratnya, idep idep membantu roda perekonomian pedagang yang mayoritas warga dusun Sungon.

Lanjut...
Tepat di depan warkopku ada buuuuur cang ijooo. Yups..bubur kacang ijo. Rasanya gak beda jauh sama bubur kacang ijo yang lain. Pernah nyoba, tapi kayaknya lidahku kurang suka. Emmm...kurang legit keknya. Sebelah kanan burcangjo, ada penjual minuman, mulai dari kopi sampai es pop..pop..deelel. Hanya bermodal meja kecil dan etalase kecil yang jual selalu bawa anak kecil dan suami yang badannya jauh lebih kecil dari istrinya...ok fine abaikan. ..wkwkwk. Tapi jangan salah, biar semuanya kecil tapi rejekinya gede lhoo, laris manis. Kenapaaa..? Karena jualnya tepat di sebelah Odong Odong. Yang berkerumun jelas anak anak balita bersama ayah ibunya. Odong odongnya berupa 1 gerbong kereta api. Muter aja dengan lampu warna warni kerlap kerlip. Anak kecil yang liat pasti matanya berbinar dan suaranya kenceng minta naik odong odong. Masa kecil sayahh ..kagak ada macam tuh..:(

Lapak urutan kesekian after odong odong adalah tukang ayam dan sayur. Kalau menjelang orang pulang kerja, nih lapak rame banget. Tentu saja begitu, karena kualitas daging ayamnya, sangat bagus, sayur sayuran juga masih fresh from the garden. Ikan, tahu tempe dan perbumbuan lengkap di sini. Soal harga, gak usah khawatir. Masih sesuai dengan harga index saham. Jadi para emak.yang selama dalam pulang kerja mikir besok mau masak apa, sila ke sini aja. Banyak pilihan, mo ikan lele siap goreng, ayam siap masak dan siap saji. Semua ayak di diek kata urang Sunda, mah.

Naah, sebelah lapak sayur ada penjual daleman. Iyaa..barang daleman, trus di sebelah kanannya balik ke kuliner. Soto daging Madura, es degan, es oyen sampai bakso is the food of my country. Tak ketinggalan desertnya roti Bandung dan buah.

Pokoknya di sini segala macam ada. One stop shopping dah. Lumayan cepat perputaran duitnya. Akses jalan yang bagus dan dua arah. Ke arah selatan banyak perumahan baru. Arah ke utara menuju kota. Jadi kaum urban yang sepulang kerja dan.melewati jalan ini, dipastikan berhenti sejenak untuk belanja dan beristirahat menikmati kuliner.

Geliat uang di sini bisa dibilang cepat, meskipun tak jarang terkena imbas pergolakan ekonomi. Naik turunnya harga sembako dan pangan lainnya berefek pada turunnya pembeli atau konsumen. Merekalah pedagang kecil yang tak patah arang. Tetap gigih mengkais rejeki, karena bagi mereka rejeki tak tergantung pada kebijakan pemerintah yang berjilid jilid, namun Allahlah yang maha pemberi rejeki dan sang pengatur.

Tak mudah bagi penjual lapak, di manapun mereka menjajakan dagangannya. Sekarang jualannya laku keras, esok belum tentu. Tak jarang pula, mereka harus terbelit rentenir untuk bertahan hidup. Jangan salah, para pemilik modal menengah ke bawah, bisa bergerilya pula di pasar krempyeng seperti ini di seluruh negeri ini. Mengiming imingi pinjaman tanpa agunan dengan bunga yang kalau dihitung hitung tak lebih baik dari pinjaman seorang rentenir. Memang mudah prosesnya, saling percaya adalah landasannya. Dan tentu saja, keikhlasan bagi peminjamannya. Iya,  ikhlas untuk membayar bunga yang makin beranak pinak jika mereka terlambat membayar pinjaman.
Apalagi sistim pembayarannya adalah harian, atau setiap hari harus setor hasil penjualan, bila tak bisa hari ini, esok hari mereka harus membayar dobel...kebayang beratnya meminjam dana di sektor semacam ini.

Koperasi sebagai wadah perekonomian kecil, seharusaya bisa lebih digalakkan lagi. Karena geliat perekonomian rakyat kecilah roda perekonomian negara ini mampu bertahan hingga saat ini.
Tanpa mereka perputaran uang di tingkat atas akan tersendat. Mari galakkan lagi koperasi.







0 comments: