Kehamilan
pertamaku tepat sebulan pasca menikah.Senang dan bahagia?untuk separuh lebih wanita dibelahan bumi ini,
sudah pasti iyes jawabnya. Bukankah ini momen yang ditunggu oleh setiap wanita
setelah meraih gelar sebagai seorang istri?.Tapi tidak bagiku. Ketakutan
terbesarku adalah: Aku tak mampu jadi ibu yang baik untuk buah hatiku. Karena
menengok masa laluku yang tak menyenangkan sebagai seorang anak. Lahir dari 12
bersaudara yang sangat minim perhatian dan sering mengalami kekerasan dalam
keluarga. Belum lagi teringat akan pesan mertuaku agar aku merencanakan
kehamilan, tak usah keburu, tata dulu perekonomian keluarga. Baru mikirin
urusan punya momongan. Waktu itu aku hanya terdiam,, "OH mertuaku, kaupun
tahu usiaku sekarang sudah 29 tahun." Aku tak mungkin menolak kehamilan yang datang secepat ini bukan?.
Aku berusaha positif thinking bahwa Tuhan sedang merencanakan hal terindah dalam hidupku dan Tuhan telah mempercayaiku menjadi calon seorang ibu. Dan hal ini cukup menguatkanku untuk membahagiakan diri dalam menjalani kehamilan.
Perubahan dalam tubuhku terlihat jelas sejak awal kehamilan. Morning sick yang menyiksa. Mual yang berlebihan, nafsu makan hilang. Tak suka dengan aroma masakan, nasi yang baru matang, dan aroma tubuh suami. Oemji, inikah rasanya hamil?. Aku jadi lebih suka mengkonsumsi buah melon dan tomat. Sekali makan durian, karena ngidam.Hal ini sangat tidak nyaman untukku saat bekerja sebagai seorang SPG yang berdiri lebih dari 6 jam merupakan hari berat untuk tubuh Sesampai di rumah tubuh akan lemas dan sangat kelelahan karena kurang asupan makanan. Bahkan terkadang pingsan. Ini terjadi hampir 4 bulan lamanya. Beruntung vitamin yang diberikan oleh dokter melalui injeksi sangat membantu untuk menguatkan tubuh dan janinku.Tak bisa kuminum vitamin secara oral, dampaknya pasti akan keluar akibat muntah yang kelewat sering.Dokter tetap menyarankan agar aku sering ngemil makanan bergizi, tak perlu makan dalam porsi banyak. Karena reaksi tubuhku yang tak mampu menerima dengan baik.
Aku berusaha positif thinking bahwa Tuhan sedang merencanakan hal terindah dalam hidupku dan Tuhan telah mempercayaiku menjadi calon seorang ibu. Dan hal ini cukup menguatkanku untuk membahagiakan diri dalam menjalani kehamilan.
Perubahan dalam tubuhku terlihat jelas sejak awal kehamilan. Morning sick yang menyiksa. Mual yang berlebihan, nafsu makan hilang. Tak suka dengan aroma masakan, nasi yang baru matang, dan aroma tubuh suami. Oemji, inikah rasanya hamil?. Aku jadi lebih suka mengkonsumsi buah melon dan tomat. Sekali makan durian, karena ngidam.Hal ini sangat tidak nyaman untukku saat bekerja sebagai seorang SPG yang berdiri lebih dari 6 jam merupakan hari berat untuk tubuh Sesampai di rumah tubuh akan lemas dan sangat kelelahan karena kurang asupan makanan. Bahkan terkadang pingsan. Ini terjadi hampir 4 bulan lamanya. Beruntung vitamin yang diberikan oleh dokter melalui injeksi sangat membantu untuk menguatkan tubuh dan janinku.Tak bisa kuminum vitamin secara oral, dampaknya pasti akan keluar akibat muntah yang kelewat sering.Dokter tetap menyarankan agar aku sering ngemil makanan bergizi, tak perlu makan dalam porsi banyak. Karena reaksi tubuhku yang tak mampu menerima dengan baik.
Memeriksakan
kehamilan secara disipin, dan mengikuti pelatihan mempersiapkan kelahiran di RSB
RKZ Surabaya,intens kuikuti.Menyenangkan bersosialisai bersama ibu hamil
lainnya. Hal ini mampu mengurangi beban stres yang dialami oleh bumil
menghadapi proses kelahiran anak pertamanya. Apapun masukan positif untuk
kehamilan yang pertama ini dari orang sekitarku, pasti aku jalani. Mungkin ini
naluri alami seorang ibu, ingin selalu memberikan yang terbaik untuk calon
bayinya. Banyak membaca Al Quran dan memohon doa dalam sujudku agar Allah melancarkan kelahiran, sehat dan sempurna
bayi yang kulahirkan.
11 November 1999
Semalaman
tak mampu kupejamkan mata,rasa sakit di pinggang dan mules di perut mendera.
Makan makin tak bernafsu, hanya secangkir susu pilihan terbaikku. Siang harinya
flek merah tanda pembukaan kelahiran muncul saat aku buang air kecil, segera
aku berangkat ke RSB. Delapan jam kesakitan tapi bayiku tak kunjung lahir. Sedang di bilik lain, berkali kali
kudengar suara ibu mengejan dan tangis bayi
terdengar. Dan dua kali kudengar percakapan para suster yang mengatakan
Bayi ibu A, dan Ibu B meninggal. Aku panik, hingga sering salah menarik nafas
saat suster memberi aba aba. Dan akhirnya putri pertamaku lahir jam 10 malam.Lemah
namun bahagia. Kulirik tubuh mungilnya diantara perlahan nafasku. Tuhan, tlah
kukubur dendamku atas masa kecilku yang suram. Kelak, jadikan dia anak shalehah dan wanita yang kuat.
0 comments:
Post a Comment