Wednesday, December 17, 2014

Awal Kehamilan Dan Kelahiran Putriku

Foto foto putriku sejak usia 3 bulan hingga 15 tahun



Kehamilan pertamaku tepat sebulan pasca menikah.Senang dan bahagia?untuk separuh lebih wanita dibelahan bumi ini, sudah pasti iyes jawabnya. Bukankah ini momen yang ditunggu oleh setiap wanita setelah meraih gelar sebagai seorang istri?.Tapi tidak bagiku. Ketakutan terbesarku adalah: Aku tak mampu jadi ibu yang baik untuk buah hatiku. Karena menengok masa laluku yang tak menyenangkan sebagai seorang anak. Lahir dari 12 bersaudara yang sangat minim perhatian dan sering mengalami kekerasan dalam keluarga. Belum lagi teringat akan pesan mertuaku agar aku merencanakan kehamilan, tak usah keburu, tata dulu perekonomian keluarga. Baru mikirin urusan punya momongan. Waktu itu aku hanya terdiam,, "OH mertuaku, kaupun tahu usiaku sekarang sudah 29 tahun." Aku tak mungkin menolak kehamilan yang datang secepat ini bukan?.
Aku berusaha positif thinking bahwa Tuhan sedang merencanakan hal terindah dalam hidupku dan Tuhan telah mempercayaiku menjadi calon seorang ibu. Dan hal ini cukup menguatkanku untuk membahagiakan diri dalam menjalani kehamilan.

 Perubahan dalam tubuhku terlihat jelas sejak awal kehamilan. Morning sick yang menyiksa. Mual yang berlebihan, nafsu makan hilang. Tak suka dengan aroma masakan, nasi yang baru matang, dan aroma tubuh suami. Oemji, inikah rasanya hamil?. Aku jadi lebih suka mengkonsumsi buah melon dan tomat. Sekali makan durian, karena ngidam.Hal ini sangat tidak nyaman untukku saat bekerja sebagai seorang SPG yang berdiri lebih dari 6 jam merupakan hari berat untuk tubuh Sesampai di rumah tubuh akan lemas dan sangat kelelahan karena kurang asupan makanan. Bahkan terkadang pingsan. Ini terjadi hampir 4 bulan lamanya. Beruntung vitamin yang diberikan oleh dokter melalui injeksi sangat membantu untuk menguatkan tubuh dan janinku.Tak bisa kuminum vitamin secara oral, dampaknya pasti akan keluar akibat muntah yang kelewat sering.Dokter tetap menyarankan agar aku sering ngemil makanan bergizi, tak perlu makan dalam porsi banyak. Karena reaksi tubuhku yang tak mampu menerima dengan baik.

Memeriksakan kehamilan secara disipin, dan mengikuti pelatihan mempersiapkan kelahiran di RSB RKZ Surabaya,intens kuikuti.Menyenangkan bersosialisai bersama ibu hamil lainnya. Hal ini mampu mengurangi beban stres yang dialami oleh bumil menghadapi proses kelahiran anak pertamanya. Apapun masukan positif untuk kehamilan yang pertama ini dari orang sekitarku, pasti aku jalani. Mungkin ini naluri alami seorang ibu, ingin selalu memberikan yang terbaik untuk calon bayinya. Banyak membaca Al Quran dan memohon doa dalam sujudku agar Allah  melancarkan kelahiran, sehat dan sempurna bayi yang kulahirkan.

 11 November 1999

Semalaman tak mampu kupejamkan mata,rasa sakit di pinggang dan mules di perut mendera. Makan makin tak bernafsu, hanya secangkir susu pilihan terbaikku. Siang harinya flek merah tanda pembukaan kelahiran muncul saat aku buang air kecil, segera aku berangkat ke RSB.  Delapan jam kesakitan tapi bayiku tak kunjung lahir. Sedang di bilik lain, berkali kali kudengar suara ibu mengejan dan tangis bayi  terdengar. Dan dua kali kudengar percakapan para suster yang mengatakan Bayi ibu A, dan Ibu B meninggal. Aku panik, hingga sering salah menarik nafas saat suster memberi aba aba. Dan akhirnya putri pertamaku lahir jam 10 malam.Lemah namun bahagia. Kulirik tubuh mungilnya diantara perlahan nafasku. Tuhan, tlah kukubur dendamku atas masa kecilku yang suram. Kelak, jadikan dia anak shalehah dan wanita yang kuat.





0 comments: