Monday, April 29, 2013

Mama....Bagaimanakah Aku melewati masa tuaku nanti

         Usai sholat maghrib inginnya Aku untuk sejenak membaringkan tubuh penatku. Tapi ingin itu urung karena putri sulungku memberitahuku bahwa ada mama mencariku. Yah..mama,dia bukanlah mamaku atau Ibuku. Mama hanyalah sebuah panggilan kepada tetanggaku yang beretnis Cina. Tubuh tuanya yang gemuk dan suaranya yang nyaring kerap terdengar di depan pintu memanggilku kala lama Aku tak terlihat olehnya. "Bundaaaa...."Begitu dia memanggilku. Aku sering tertawa geli kalau mama sudah memanggilku seperti itu. Dihh...mang Aku bundanya mama... 

      Malam ini seperti hari hari sebelumnya,firasatku mengatakan pasti ada berita baru tentang dia dan suaminya. Tubuh lelahku menolak untuk menemuinya,tapi nuraniku tak mampu mengelak. Pikirku "mungkin malam ini dia butuh teman untuk bicara". Secara.. mama tak punya saudara di kota kecil ini. Suaminya sering bepergian entah ke Jakarte atau pulang ke kampungnya di Manado. Sedangkan empat orang anaknya telah menikah tinggal di kota lain. Mama sang perantau dan pekerja keras khas kaum etnik,mencari kerja tak mau berpangku tangan. Meski usia telah menginjak hampir 65 tahun,gigi yang sudah ompong. Namun jangan salah,gesitnya bukan main. 

Sekilas Aku akan ceritakan profil sang Mama : 
Mama tetanggaku,adalah penjual bunga kamboja kering. Tiap pagi dengan berseragam daster bermotif batik (selalu daster tanpa lengan)dia akan mendatangi penjual bunga dengan naik sepeda biru phoenixnya. Berselempang tas kecil berwarna coklat yang sudah dekil. Jangan salah ,biarpun dekil isi tas itu bisa berisi uang jutaan rupiah dah handphone Nokia.tipe terbaru. Tak perlu berkacamata bila dia hendak menghubungi penjual bunga kamboja yang sudah siap di pangkalan areal pemakaman di kota kecilku. Dia akan sibuk menghubungi dan membalas sms yang masuk di hapenya. Matanya masih tajam melihat tulisan,terlebih melihat uang...ah mama,,Kita punya kemiripan ya...:). 


     Bila telah deal bertransaksi dengan kliennya,segera sepeda di kayuhnya. Jarak jauh tak pernah dikeluhkannya. Asal laba ada di depan mata. Pulang siang hari,dengan membawa sekarung ukuran 1 kwintal penuh berisi bunga kamboja yang masih segar. Aku sangat mengagumi kerja kerasnya. Kadang di belakang sepedanya bisa dua tumpukan bunga kamboja akan dibawanya pulang. Hingga dari belakang tak terlihat,bahwa pengendara sepeda itu adalah seorang wanita tua. Dimusim kemarau mama akan bersuka cita ,karena bunga kamboja kan berlimpah dia dapat. Harga murah dia beli,tapi harga jual bisa melambung tinggi. Sampai di rumah,segera dijemurnya bunga bunga itu di depan rumah. Bila telah kering sempurna, bunga kamboja itu di ekspornya ke Hongkong melalui putranya yang eksportir dan bekerja sama dengan pengusaha teh kamboja di Hongkong. Jadi ternyata bunga kamboja kering bisa di olah menjadi teh . Manfaatnya untuk mengobati panas dalam....
Weleeh..kok jadi ngomongin soal bunga kamboja ya...yuk ah,kembali ke...topik semula!!

    "Bunda apa kabarnya?,lama ya Aku gak main ke sini" mama mulai membuka perbincangan.Aku hanya tersenyum,
"ya beginilah ma,Alhamdulillah sehat"jawabku. Tanpa kupersilahkan duduk,mama sudah dengan nyamannya bersandar pada tembok. Duduk dilantai lampit bambu di ruang tamu. Maklum di rumahku memang belum memiliki meja kursi tamu. Kutatap wajah tuanya. Mata yang kian menyipit karena lelah,guratan garis halus di wajahnya semakin menunjukkan beban di hidupnya.
"Om sudah lama tak pulang " mama memulai curhatnya.
Om adalah panggilanku kepada suaminya yang usianya limabelas tahun lebih muda dari mama.
"Lagi? mulai kapan ma? " tanyaku sambil kuelus pundaknya. Jadi teringat almh Ibuku.
"Sudah hampir tiga bulan ini,katanya ke Jakarta,kemarin dewek e telpon pulang ke Manado,tanah Kami sing ndek  Manado dijualnya,kata  saudara disana laku 90juta.yak apa gini ini,punya bojo kok morotin terus.mending gak punya bojo ae ya" keluhnya dengan dialek khas mama. Jelas terlihat airmatanya mulai merembes tertahan.

    Jujur ingin kuiyakan saja,tapi kata itu tertahan di ujung lidahku. Toh mereka tak memiliki anak dari hasil pernikahannya. Mama memiliki empat orang anak dari suami terdahulu. Anak anak itupun tinggal bersama mantan suaminya. Hanya saja agama mereka tak memperbolehkan perceraian. Berjanji hanya  kematianlah yang bisa memisahkan mereka. Jadi meskipun sudah hampir duapuluh tahun mama diperlakukan tidak adil oleh suaminya,mama harus tetap bertahan ada di samping suami.
Bukan sekali ini saja suaminya berlaku semau gue. Belum lagi uang  hasil pengiriman kamboja kering yang ditilep hingga belasan juta. Dengan alasan modal untuk jual beli burung. Meski burung burung itu selalu berakhir dikematian,si om suami mama tak pernah jera. Jungkir balik jerih payah istrinya sama sekali tak dihargainya. 

   Bila maunya ini dan itu tak dituruti sang istri,pastilah dari rumahku terdengar panci,piring bahkan hape mama terlempar melayang dan berakhir membentur tembok Kami yang berdampingan. 
Om kerap mengancam akan pergi meninggalkan mama sendiri. Dan itu dibuktikannya. Bila sampai di tempat kemana dia pergi,om kan menelpon mama mengatakan bahwa dia sudah di Jakarta,uang dan perhiasan mama dibawanya sekalian. Dalam tiga hari uang jutaan itu akan raib di meja judi dan dihamburkan bersama wanita penghiburnya. 
Pernah kutanya sejak kapan suaminya bertingkah seperti itu. Jawab mama "Sejak awal bertemu dengannya" Whattt!!...cinta matikah mama sama Om? jawabnya juga tidak. Bahkan kata mama, kalau ada wanita yang mau menikah sama suaminya,dengan senang hati dia akan menikahkan suaminya. 
"Hidupku terperangkap pada sebuah lembaga pernikahan yang menghancurkan harga diriku sebagai seorang wanita sekaligus seorang istri" ucap mama di sela isak tangisnya. 
"Anak anakku sudah memberiku pilihan agar Aku mengakhiri masa tuaku bersama mereka dan cucu cucuku ,tapi Aku kan masih punya suami"
Aku menghela nafas dalam,teh hangat yang kusuguhkan kuberikan pada mama,berharap dapat menguranbgi kepedihan hatinya. Aku sangat mengerti betapa terluka hati mama.

Tua suatu keharusan dan pilihan bagaimana mengisi dan mengakhirinya

Masa tua adalah suatu keharusan atau keniscayaan bagi manusia. Kerap Kita takut bagaimana dengan masa tua Kita nanti. Sebuah parno tersendiri bagi sebagian orang. Bila melihat kisah mama di atas. Apakah itu masa tua yang akan terjadi pada Kita? anak anak menyayanginya, tapi suaminya?...
Menikmati masa tua dengan pasangan yang Kita cintai adalah hal yang paling indah untuk digenggam . Bermain dengan cucu,saling menguatkan bila sakit menghampiri tubuh renta Kita. Namun bagaimana bila sebaliknya ?. Itu adalah sebuah pilihan. Perlu keberanian besar dan kekuatan jiwa dalam pengambilan sebuah keputusan. 
Anak anakpun bila dewasa nanti akan sibuk dengan dunianya masing masing. Kita yang beranjak tua seolah menjadi penonton drama kesibukan mereka. Bahkan untuk menemani Kita ke dokter disaat Kita sakitpun,mungkin mereka tak memiliki waktu. 
"Anakku banyak ,lebih dari satu,Aku bisa meminta salah satu dari mereka untuk menemaniku"
Hei Ibu ibu...banyak kemungkinan yang tak terduga di masa mendatang ,who knows. So mari Kita mulai belajar mandiri mulai dari sekarang

Mengisi masa tua dengan apapun yang bisa Kita lakukan adalah pilihan terbaik. Yang pasti itu adalah hal yang terbaik dan berguna bagi Kita dan sekitar Kita. 

- Menyalurkan hobi Kita mulai dari sekarang,menulis misalnya. Bukankah menulis adalah therapi jiwa? memberikan saraf di otak Kita tetap aktif dan mengurangi resiko kepikunan. 

- Mendengarkan music,membaca Al Quran,dan mengkajinya bersama majelis taklim dekat rumah. Bukankah tua identik dengan kematian bu?mari Kita persiapkan itu sebaik baiknya.

- Tetap selalu berada pada sebuah komunitas sosial di lingkungan Kita. Misalnya perkumpulan arisan PKK,pengajian di wilayah RT/RW masing masing.

- Menjadi kader Posyandu dan manula. 
Meski kesibukan itu tidaklah setiap hari,paling tidak ada waktu buat Kita untuk sekedar saling mencurahkan cerita cerita kecil yang bisa berguna buat orang lain.

- Sesekali berkumpul dan berjalan jalan dengan cucu. Masak resep kesukaan keluarga,akan menciptakan kebahagiaan sendiri buat Kita sebagai orang tua saat Kita melihat mereka berkumpul.

Bukan hanya kegiatan merajut buat manula. Saat ini banyak kegiatan sosial yang mampu membantu kaum manula tetap berguna dan tak merasa menjadi manusia yang tak berharga bila telah mneginjak masa tua. 
Tentu saja hal yang paling penting untuk itu adalah "sebuah kesehatan". Bagaimana Kita melalui masa tua Kita bila Kita sakit sakitan?
Menurutku adalah dengan cara Menabung...ya menabung untuk masa tua adalah hal yang penting. Bukan hanya tabungan berisi uang ,akan tetapi juga tabungan bertubuh sehat,serta ilmu yang bisa Kita wariskan pada Kaum muda. Apapun ilmunya.

Jadi bagaimana Kita menggenggam impian masa tua Kita,yuk Kita ukir mulai sekarang. Dan semoga Tuhan menghendaki impian indah Kita. Tua menjadi berharga dan selalu dikenang sebagai seorang istri,ibu ,nenek bahkan cicit yang mereka cintai dan banggakan....aamiin

Semoga bermanfaat

    


   










0 comments: