Dalam kurun duapuluh
tahun lebih terakhir ini,entah untuk keberapa kalinya ,pada bulan ramadhan
keluarga besarku selalu saja mengalami ujian saat menjalani ibadah puasa.
Di awali pada tahun
1987,saat adik bungsu Kami meninggal tepat di akhir bulan ramadhan karena sakit
tumor otak,dua tahun kemudian Ayah Kami. Dan tahun selanjutnya,ramadhan seperti
momok bagi Kami.
Kami menyambut bulan
ramadhan selalu dengan suka cita, berkumpul di rumah Ibu dan bersama
sama berziarah ke makam Bapak dan adik bungsu Kami.Esoknya Kami akan makan
sahur bersama dan berbuka puasa dengan hidangan yang sederhana namun nikmat tiada
tara. Dan Ibu akan mulai bercerita,bagaimana Kami dulu melewati cerianya bulan ramadhan
kepada para cucunya.
Namun bukan hanya itu
yang Kami rasakan,Kamipun dirundung perasaan waswas.Ujian apalagikah dari
Allah,yang akan Kami sekeluarga hadapi. Bertanya tanya Kami pada diri
sendiri, Siapakah yang sakit ?siapa yang akan berpulang di bulan suci ini?.
Namun semua pemikiran itu segera Kami buang jauh.Kami mengubahnya menjadi
sugesti positif, Insya Allah ramadhan ini akan Kami lalui dengan keceriaan.
Meski pada akhirnya,ujian Kami selalu saja datang.
Kami seperti anak sekolah yang selalu berdebar saat UNAS. Menanti
bagaimana Kami menghadapi ujian ini, sulitkah soal ujianya?. Dan yang lebih
penting , lulus atau tidaknya Kami dari ujian Allah SWT di Ramadan ini. Yang
menjadikannya berbeda adalah, Kami bisa bekerja sama dalam menghadapi ujian
yang diberikanNya, sesulit dan semudah apapun.Meski jarak Kami berjauhan. Komunikasi Kami terus
terjalin dengan baik.Tapi kalau UNAS? mana bisa bekerja sama antar teman?.
Ujian Allah itu memang lebih asyik untuk dihadapi ya..:). Hikmah dari ujian yang Kami terima dari Allah adalah, Kami menjadi semakin khusuk dalam memohon ampunan dan meningkatkan doa di bulan penuh berkah ini.Saling meringankan beban satu sama lain dan dengan ujian ini pula kebersamaan Kami sekeluarga menjadi tetap terjaga,meski jarak memisahkan.
Sejak Ibu Kami telah kembali kepadaNya,di ramadhan dua tahun lalu,keluarga Kami makin jarang berkumpul saat ramadhan tiba, tak ada lagi ziarah, makan sahur, berbuka puasa, dan sholat tarawih bersama di awal ramadhan .Dulu, mungkin karena masih ada ibu,jadi ada yang hal yang mempersatukan Kami. Semuanya telah berubah,keluarga Kami semakin tak memiliki waktu untuk bersama,sibuk dengan keluarga masing masing.Ikatan batin Kami mulai berkurang.
Saat ini,Kami sebelas
bersaudara,telah berjauhan satu sama lain. Menapaki jejak kehidupan.Berkumpul
bersama sudah sangat jarang Kami lakukan. Komunikasi yang Kami lakukan hanya
melalui telpon. Dengan menyisihkan rejeki dan berdoa,berharap bisa mudik dan
berkumpul di kampung halaman. Dan tentu saja,untuk pulang bukan hal yang mudah,
butuh dana yang tidak sedikit pula. Meski penyebaran saudaraku hanya seantero
pulau Jawa,kehidupan ekonomi Kami tidak semuanya berkecukupan.
Andai ini ramadhan
terakhirku,bila Allah mengijinkan Aku menikah lagi dengan laki laki yang shaleh,pesta pernikahanku adalah kembali mengulangi cerianya ramadhan dimasa lalu. Mengumpulkan semua
keluargaku yang telah beranak pinak menjadi 75 orang lebih di kampung halaman.
Memberikan "tiket pulang pergi gratis"untuk semua saudara yang ada di
luar kota. Mengulang masa kecil Kami,membuat mercon bumbung,kendang kempol dari
kaleng,dan menyalakan kembang api bersama anak,cucu dan keponakan.Biarlah untuk
sesaat Kami lupa bahwa Kami telah beranjak tua,mengulangi masa kecil,semoga
membuat Kami awet muda. Biar Kami masuk surga,Kami akan tarawih dan bertahajud
bersama mohon ampunanNya.
10 comments:
Membaca tulisan ini jadi terbayang masa kecil kumpul keluarga dirumah nenek membuat mercon bumbung diatasnya dikasih kaleng... kemudian bercanda bercerita dgn saudara sebaya... menyenangkan
klo udah ga ada orang tua memang suasana jd beda, anak2 susah ngumpul :(
Ya Allah...
Jika ini Romadhon terakhir bagi kami
Jadikanlah akhir dari usia kami dengan akhir yang baik
Jadikan pertemuan kami dengan sang ajal
dengan membawa iman dan islam
Tetapkanlah hati kami atas agama-Mu
Jadikanlah akhir dari ucapan kami adalah ucapan
"Laa Ilaaha Illa Allah, Muhammadur-Rosuululloh"
http://mah-taj.blogspot.com/2013/07/jika-ini-romadhon-terakhir.html
Semoga Allah memperkenankan setiap do'a dan harapan kita semua. Ammiin
Tawakal mbak... kita ini sudah ada yang mengatur hidupnya. dan ikhlas menerima mungkin hanya itu yang bisa kita lakukan
sukses GA-nya ya
Terasa jauh dari keluarga, lebaran tahun ini saya malah tidak bisa mudik.. Nice post
Mas Insan Rabbani, jauh berbeda dengan anak sekarang, berkumpul tapi mata sibuk dengan gadgetnya masing"
Mbak Nathalia, memang bikin sedih ya..:(
Aamiin, Pak Tatang Tajudin, matur nuwun sanget atas doa indahnya..:)
uncle Lozz Akbar, makasih suportnya
Trik Komputer, kenapa gak bisa mudik?, gak kebagian tiketkah?... tapi tetap semangat raih hari kemenangan yaa
Post a Comment