Monday, October 20, 2014

Sugesti dan Positif Thinking

Pagi ini kukayuh sepeda menuju puskesmas dekat rumah sejak pukul 06.00 Wib. Puskesmas (PKM Sukodono) yang letaknya kurang lebih 3 km dari rumah ini kupikir akan memakan waktu hampir 45 menit. Karena aku mengayuh sepeda bukan tujuan racing, jadi kuputuskan untuk santai mengayuhnya dengan santai sambil menikmati pemandangan persawahan sepanjang jalan. Gigi yang mulai dari semalam senut senut sedikit berkurang rasa sakitnya, kuhalau dengan bernyanyi nyai kecil sambil menikmati perjalanan.

Ternyata perjalanan hanya memakn waktu 20 menit. Bisa dipastikan puskesmas yang buka 24 jam ini, masih sepi pengunjung. Waktu masih menunjukkan pukul 06.20 wib. Waktu yang lama untuk menunggu loket di buka. Segera Aku mencari bangku untuk sejenak kuisi waktu dengan membaca seperti biasanya. Pilihan buku yang tak kelar kelar juga untuk dibaca. Buku Dahsyatnya Ibadah Haji karya pakde Cholik blogger asal Surabaya. Segera kubuka bab tertanda " Lempar jumrah hari ke dua dan ketiga". Baru saja mataku menulusuri kalimat demi kalimat. Seorang ibu yang juga sedang menunggu menyapaku. Demi sebuah kesopanan Aku tutup buku dan mulai berbincang ringan dengan si ibu.


Singkat cerita,  ibu tersebut adalah  penderita tumor payudara yang telah diidapnya hampir 5 tahun. Telah malang melintang mencari kesembuhan dari alternatif skala ringan sampai operasi ghaib dengan media telur yang telah menghabiskan puluhan juta, hanya untuk menghilangkan benjolan pada payudara kanannya. Hari ini jadwal si ibu tersebut untuk cek darak di lab, dan bila semua dalam keadaan normal, esok hari kemoterapi 3 minggu sekali akan dijalaninya di RSUD  DR. Sutomo Surabaya. 

Aku baru tahu bahwa untuk menjalani sebuah kemoterapi , tak hanya datang langsung diberikan suntikan kemo. Tapi perlu juga pengecekan darah lebih detil. Karena untuk menjalani sebuah kemoterapi tekana darah harus normal dan tubuh harus dalam keadaan fit. Serta tak ada penyakit lain yang bisa berdampak pada proses kemoterapi.
5 tahun dijalaninya, meski hanya satu benjolan tapi sudah abses dan bernanah. Cairan yang keluar tak terbendung. Ini akibat dari penyembuhan alternatif yang dijalaninya tak membuahkan hasil. Ke dokterlah akhirnya rujukan terakhir dan harus dioperasi. Hingga kemo yang dijalaninya sudah hampir 3 tahun. Rambut yang dulu lebat dan indah, kini hanya tinggal kenangan. Gundul berbungkus hijab.

Aku bertanya bagaimana si ibu menjalani hari harinya. Hari hari menghadapi penyakit yang mematikan. Jawabnya sungguh sederhana. 
"Jeung, usia ibu ini sudah 51 tahun, kemanalah manusia itu akan pergi selain dari menghadapi kematian apalagi punya penyakit seperti ini. Awalnya dulu memang sakit saja yang Ibu rasakan. Ibu harus berjuang melawan sakit dan diri sendiri agar tidak lemah. Ibu selalu berusaha berpikir positif.. Mungkin Allah memberi sakit ini adalah sebuah teguran akan banyaknya dosa yang pernah Ibu lakukan. Dengan sakit ini , Ibu sekarang banyak menghabiskan waktu dengan shalat malam, mengaji, beribadah dll. Mengisi hari dengan berjualan krupuk di instansi instansi. Bukan hanya untuk menambah penghasilan. Tapi juga untuk menghibur diri. Dengan bertemu dan berbicara dengan banyak orang Ibu akan merasakan nikmatnya hidup. Tak hanya meraskan sakit. Ibu tanamkan pikiran positif, dan sugesti. Semua penyakit ada obatnya. Semua kepahitan akan datang masa manisnya. Allah itu maha adil. Ikhlas dan sabar. Jadi berusaha enjoy saja. Tak perlu menampakkan sakit Kita pada orang lain. Dan bila orang lain tahu apa yang kita alami, ini akan menjadi motivasi mereka untuk tetap semangat. Semua penyakit karena faktor manah dan pikiran (manah=hati). Bila Kita mampu menata hati , penyakit tak akan menggelayuti tubuh, tentunya dengan diimbangi makanan yang sehat, tanpa pengawet dan penyedap rasa".

Aku tatap lekat ibu dihadapanku, wajahnya tak nampak seperti penderita tumor ganas. Wajahnya segar dan selalu tersenyum diselingi tawa bahagia saat menceritakan kelucuan anak cucunya. 
Benarlah memang, bahwa semua sakit berawal dari hati. Melawan penyakit bisa menggunakan sugesti dan pikiran positif bahwa kita akan menang melawan penyakit. Dan tak ada penyakit yang tak bisa disembuhkan. Bertemu banyak orang yang memberi energi positifpun mampu mengurangi rasa sedih dan lelah menghadapi tubuh yang digerogoti aneka macam penyakit.

Terima kasih kuucapkan pada si Ibu dihadapanku, atas berbagi kisahnya yang menginspirasiku, agar mampu membahagiakan diri, apapun yang terjadi. Bersyukur Aku hanya sakit gigi, dan memohon padaNya, agar berkenen limpahkan kesehatan untukku dan keluarga.
Merasa diri paling menderita sama sekali tak ada guna. Hidup ini terlalu indah untuk dilewatkan. Bila saat ini Kita merasa begitu berat hadapi sebuah cobaan dan musibah. Di luar sana ada yang lebih menderita dari kita dan mereka mampu bersabar dan bertahan. Mengapa Kita tidak berlaku demikian?..no reason.

Bila masa pahit yang tlah lalu bisa kita lalui, apa bedanya dengan masa phit sekarang. Semua hanya soal waktu dan managemen diri.
So, teruslah memiliki sugesti dan positif thinking dalam menjalani hidup.

0 comments: