Monday, December 29, 2014

Hujan Membawa Berjuta Harapan




Aku pecinta hujan
Aku perindu hujan
Yang tak pernah bosan mencumbu dan melumat tetesannya hingga tubuhku kuyup kelelahan
Yang tak pernah bosan menengadahkan tangan.dan wajahku, Merasakan tetes demi tetes membawanya menuju kisah baru saat hujan datang menjemput.

Aku pecinta hujan
Aku perindu hujan
Tak pernah amarah membuncah
Meski awan pekat mengirim hujan dan banjir tuk membawa bonekaku
Boneka berambut kumal berpipi merah tanpa baju, satu satunya teman bicara dalam kesunyian.
Boneka yang kutemukan saat kukais sampah di kampung sebelah.


Aku pecinta hujan
Aku perindu hujan
Tak pernah kubenci hujan
Meski awal musimnya di bulan Juli 1987
Tlah membawa pergi adik tercinta kembali padaNya.
Hujan tlah memeluknya dalam liang kubur. Menungguku dengan gigil, berharap dan berjanji tuk menunggu dalam lubang yang sama.
Hujan menjadi saksi, betapa aku sangat kehilangan menangis lebih dari empat puluh malam

Aku pecinta hujan 
Aku perindu hujan
Tak pernah kumenahan dendam
Meski rinainya kerap bercengkerama dengan maut dan mengintai kaki kaki kecil penikmat derasnya hujan yang tengah bermain bola.
Hujan membawa cerita pilu, membawa pergi sahabat kecilku, ketika petir berkelebat menyabet tubuh gempalnya diantar derasnya hujan.
Aku...bocah kecil, terdiam tanpa di samping keranda
Menabur bunga di tanah yang masih basah
Menatap kosong indahnya pelangi di pemakaman sahabatku
Masihkah esok aku bisa bermain bola denganmu sahabatku?
Sahabat yang selalu membelaku kala anak anak kampung ini membullyku
Ataukah kita bertemu disini, menikmati indahnya pelangi usai hujan menemani.
Hujan memberi harapan baru, esok kan kutemukan lagi sahabat sebaik dirimu.

Aku pecinta hujan
Aku perindu hujan
Aku tak pernah melaknat hujan
Meski hujan bulan November 1989 membawa pergi lelaki yang selalu kurindukan dan kuinginkan.
Lelaki bertangan kasar, berjemari kurus.
Lelaki yang tangannya kerap menghiasi sekujur tubuhku dengan  warna biru menyakitkan.
Lelaki yang sekilas terlihat membenciku karena aku terlahir perempuan.
Lalu menangis dalam kegelapan sambil menyeka tubuh lebamku dengan handuk hangat.
Ayah
Panggilan untuk yang lelaki kurindu dalam tiap tetesan hujan.
Entah mana yang lebih kurindu tangan kasar ayah yang dalam gelap mengelus punggung gadis kecilnya yang ringkih ataukah hujan yang telah membawanya pergi menuju kedamaian abadi.

Aku pecinta hujan
Aku perindu hujan
Hujan yang tlah menumbuhkan harapan baru
Ketika cinta pertamaku bersemi pada sosok lelaki berpayung hitam
Yang datang menjemputku sepulang kerja, saat hujan deras di malam minggu
Membawakan sepatu high heelsku
Dan tangan kami erat menggenggam payung hitam itu
Lelaki manis, cerdas, hangat dan lucu
Sahabat saat aku tak mampu menghalau rasa ragu
Teman yang selalu ada ketika di tanah perantauan keluarga tengah kurindu
Bak seorang ayah, merawatku ketika datang sakitku  
Tuhan tlah bermurah hati memberiku kau lelakiku, cinta pertamaku
Hujan yang kerap membawa kenangan pilu
Akhirnya berlalu dengan meninggalkan pelangi dalam hidupku

Aku pecinta hujan
Aku perindu hujan
Kedatangannya selalu tak pernah membuatku gundah
Karena kisah pilu tak kan selalu selamanya ada bersamanya
Hujan akan datang membawa kisah dan harapan baru, seperti biji dan cendawan yang tumbuh subur di musim hujan
Rintiknya adalah nada yang mengiringi alunan melodi naik turunnya roda kehidupan
Tetesnya selalu indah terlihat diluar jendela
Seperti itulah kesyahduan yang selalu membuat kita menatap harapan baru dan indah di luar sana

Aku pecinta hujan
aku perindu hujan

Derasnya hujan, 29 Desember 2014









 ''Tulisan ini diikutsertakan dalam A Story of Cantigi's First Giveaway''


4 comments:

ade anita said...

aku juga suka hujan. sukses ya buat GA nya

Unknown said...

Sukses juga untukmu mbak Ade Anita

Ila Rizky said...

harapan akan selalu ada ya. pelangi akan datang selepas hujan.

Gulunganpita said...

Tulisannya bagus!
semoga sukses ya GA nya.
Salam hangat dari Bandung :)