Kemarin, hari ibu menjadi trending topic dihampir semua media sosial. Meme tentang hari ibu juga berseliweran bikin ngaca dan menertawakan diri sendiri. Hari ibu, tak pernah menjadikanku sebagai hari special. Sama sekali. Bukan aku tak menghargai ibu yang sudah melahirkanku. Buatku, berbakti terhadap beliau lebih berarti daripada sekedar seremonial pengucapan di wall medsos. Ah, bukan bermaksud sinisme ya. Aku sendiripun seorang ibu yang telah melahirkan dua orang anak. Tak pernah aku mengajarkan mereka untuk mengucapkan selamat hari ibu pada ibunya ini. Namun sejak mereka duduk di bangku taman kanak kanak, mereka mengenal hari ibu. Mungkin ibu guru meekalah yang mengajarkan untuk mengucapkan hari ibu pada ibu tercintanya. Sebagai penghormatan atas begitu besarnya kasih sayang dan pengorbanan pada perempuan yang tlah berstatus sebagia seorang ibu.
Awal mengucapkan selamat hari ibu, kedua buah hatiku memberikan sekuntum bunga rumput liar yang mereka ambil dari halaman rumah kosong di sebelah rumah. Diberikannya padaku saat emaknya ini nyuci dekat sumur di belakang rumah. Terharu? ya pastilah. Karena selain mendapatkan bunga dan ucapan, pelukan erat merekalah yang membuatku semakin bangga menjadi seorang ibu. Tahun tahun berikutnya, kadang mereka inget kadang juga enggak.Tahun ini, mungkin menjadi tahun yang paling ,mengharukan bagiku. Sepagi kemarin, banyak ucapan selamat hari ibu via sms, wall medsos sampe wassap. Sambil mengaduk kopi, pikiranku melayang pada berbagai masalah yang aku hadapi sebagai seorang ibu dari 2 remaja yang sedang banyak menuntut, mencari perhatian, dan banyak maunya. Aku bukanlah ibu yang hebat apalagi istimewa, rasanya tak pantaslah diri ini mendapatkan ucapan selamat hari ibu.
Namun bukan anakku kalau tak bisa memberi kejutan, meski beberapa hari ini kami mengalami konflik kecil.
Anak lanang yang lebih dahulu memberi kejutan. Mendatangiku yang sedang megawe di warkop kecil kami, dia mengucapkan selamat hari ibu dengan cium dan peluk erat di hadapan prngunjung, tentu saja melihat adegan kami berdua, suasana menjadi riuh dan menghangatkan suasana warkop. Coklat putih silverqueen menjadi simbol cintanya pada seorang ibu. Yaahh..meskipun dia harus merogoh tabungannya. Saat kutanya, apakah dia punya uang untuk membeli sebatang coklat. Karena uang jajan yang kuberi tidaklah banyak. Anakku hanya tersenyum, dan berkata .."Aku ikhlas bund, lagian kalau uangku habis kan tinggal minta bunda".
Ow..oww
Sepulang larut dari warkop, kudapati selembar surat di atas pembaringanku. Sambil kurebahkan tubuh penat ini, kubaca dengan takzim deretan kalimat yang terangkai di atas kertas putih. Melihat dari tulisannya , ini pasti surat dari anak gadisku.
Tak terasa air mataku menetes, baru kusadari betapa berartinya diri ini untuk anak gadisku. Pendapat berseberangan kerap kami alami. Pertengkaran kecil kerap pula terjadi. Aku hanya ingin selalu melindunginya, dari hal hal yang akan menghancurkan masa depannya. Mungkin kasih sayangku terlalu berlebihan, atau ketakutanku atas masa laluku akan terjadi padanya. Aku harus berjuang sendiri dalam mendidik anak anakku. Dan ini bukanlah pekerjaan mudah. Sebagai ibu, aku terus bel;ajar menjadi seorang ibu. TAk perlu predikat ibu hebat, ibu super atau apalah..apalah. Cukup predikat "Ibu" sebagai fitrahnya yang tersemat dalam diri ini. Biarlah alam yang akan menilainya ibu macam apakah diri ini. Ibu yang melahirkan anak anaknya ke bumi, memberikan kasih sayang dan menuntunnya selalu menuju jalan Tuhannya.
Terima kasih Nak, atas sanjunganmu. Bunda hanya ingin melihatmu bahagia ketika meraih satu persatu impianmu. Meski kadang sayap ini terasa rapuh, Kalian selalu kembali menguatkannya. Hanya kerja keras dan doa bunda selalu yang akan menemani perjalanan kalian hingga dewasa nanti. SAmpai usai tugasku. Apapun yang terjadi diantara kita, Cinta dan kasih sayang kita tak kan pernah pudar.
0 comments:
Post a Comment