Sabtu, 4 Juni 2016
hampir semua headline media elektronik maupun media cetak menurunkan berita
penculikan Evelyn gadis berusia 8 tahun. Kasus ini terjadi di Tangerang, di
depan sebuah mall dan sempat terkam oleh CCTV.
Saat kejadian drama
penculikan ini, ada warga yang tengah melintas dan menyaksikannya. Ibunda
evelyn sempat melawan para penculik dengan berteriak minta tolong. Perlawanan
tidak seimbang karena pelaku diduga lebih dari 3 orang. Namun, hal tersebut tak
menjadikan warga menolong ibu dan anak tersebut. Hingga akhirnya evelyn
berhasil dibawa kabur oleh penculik. Sampai berita ini diturunkan, polisi belum
berhasil menangkap pelaku dan menemukan di mana evelyn sekarang berada.
Terlepas dari apapun
motif dibalik penculikan tersebut. Yang perlu dicermati adala, saat kejadian
berlangsung dan di bawah tatapan beberapa warga, namun rak seorangpun dari
mereka untuk bergerak menolong ibu dan anak tersebut. Dikarenakan terkikisnya
rasa peduli di era sekarang ini.
Ada ketakutan yang
mengubah seseorang menjadi rasa ketidakpedulian. Rasa takut menjadi salah satu
korban kejahatan gang mereka tak tau menahu urusannya bila akan bertindak
menolong orang lain.
Daripada menjadi korban
akibat sok jadi pahlawan kesiangan, dian dan menyaksikan adalah pilihan terbaik
bagi beberapa orang saksi sebuah tindakan kejahatan.
Menyaksikan kejadian
seperti itu, saya minta pada lelaki yang memenuhi warkop untuk menolong dan
melihat apa yang terjadi dengan wanita itu. Saya sendiri ketakutan, saat
mendengar wanita itu berteriak sambil berkata bahwa dia akan dibunuh.
Namun alih alih minta
pertolongan, tak satupun lelaki yang tengah ngopi itu berdiri. Dan wanita itu
yang masih terlihat ketakutan meneriaki lelaki yang tengah ngopi adalah banci.
Saya tahu dia marah, panik dan takut.
Saat tangan wanita itu
masih tarik menarik dengan pengemudi mobilnya, segera saya keluar dari warkop,
meminta bantuan pada orang bengkel yang berjarak 20 meter dari warkop. Pucuk
dicinta ulam tiba, bersamaan dengan saya keluar, para lelaki yang ada di
bengkel berlarian ke TKP. Selang beberapa lama setelah terjadi komunikasi,
wanita itu keluar dari mobil dan berteriak histeris ketakutan berkata bahwa dia
hampir dibunuh pasangannya, dengan cara mobil yang hampir ditabrakkan ke pohon
di sepanjang jalan.
Setelah urusan saya
limpahkan pada pihak keamanan perumahan dekat warkop, saya kembali ke warkop
dan bertanya pada pembeli, mengapa tak satupun mereka menolong wanita tadi.
Jawabannya adalah karena
mereka merasa itu bukan urusannya. Gak enak ikut ikutan. Lalu saya kembali
bertanya, bagaimana kalau pada akhirnya wanita itu beneran dibunuh dan
kejadiannya tepat di depan mata kita, dan itu terjadi karena kita tak mau
menolongnya.
Tak satupun mereka
menjawab.
Terkikisnya rasa peduli
terhadap sesama membuat banyak kejahatan makin merajalela. Alasan tak mau ikut
campur dengan urusan orang lain me jadi pembenarannya. Negeri ini makin krisis
memiliki rasa aman bagi wanita dan anak anak. Ketidakpedulian dan lebih
melindungi diri sendiri menjadi pilihan untuk bertahan hidup. Padahal, bisa
jadi kejadian kejahatan tersebut menimpa diri atau saudara kita. Bagaimana bila
tak satupun dari yang menjadi saksi berkenan untuk menolong?. Kita akan
kehilangan orang orang yang kita cintai bukan?.
Sudah saatnya,
dibangkitkan kembali rasa berani peduli, agar tak ada lagi evelyn evelyn yang
lain. Atau wanita mengalami tindak kriminal dan berujung mati mengenaskan.
Apapun bentuk kejahatannya.
Negeri ini menjadi
darurat kejahatan bukan karena semakin banyaknya orang menjadi jahat. Tapi
semakin banyaknya orang baik yang tak mempedulikan sekitarnya. Mari saling
menjaga dan melindungi.
0 comments:
Post a Comment