Saturday, November 5, 2016

Catatan 411 #Demo4November 2016 di Jakarta






 Suka sama jaket Jokowi , sih

Demo 4 November 2016 kemarin sedari pagi begitu indah, aman dan relatif kondusif. Saya terharu melihatnya. Headline semua stasiun tv menyiarkan secara langsung detik detik menuju demo yang dilakukan oleh pendemo (LSM ISlam maupun dari berbagai pesantren) yang datang dari penjuru negeri ini. Semua hanya ingin menyuarakan keadilan atas penistaan agama yang dilakukan oleh gubernur DKI Jakarta yang mulutnya memang perlu untuk dicuci . Mungkin karena kebiasaan dia yang suka bicara asal nyeplos dengan mengatas namakan tindakan tegas. Tapi ya begitulah, mulutmu harimaumu, semua ada masanya. Bila arogansimu telah berakhir masanya, ya berakhirlah. Bila kamu tak mengerti dan paham betul dengan apa yang kamu ucapkan, mbok ya gak usah nyuplik nyuplik ayat sebuah kitab suci. Anda


Demo ini murni sebagai sebuah pembelaan umat  Islam atas penistaan agama yang telah dilakukan oleh gubernur itu. Bukan atas kepentingan politik yang alih dalam rangka pilkada 2017. Berebut menduduki kursi yang prestisius di ibu kota. Sebenarnya, saya tidak begitu suka dengan berita semacam ini, apalagi lalu menulisnya di blog sebagai bagian dari uneg uneg. Berita dan provokasi di media sosial,, mulai dari meme sampai status yang menyudutkan dari pihak yang pro maupun yang kontra membuat saya jadi ingin menuliskannya sebagai catatan sejarah. Bagaimana seorang pemimpin yang notabene sebagai umat islam, tak cepat bereaksi atas isu SARA yang tengah beredar di negeri yang dipimpinnya. 
Bukankah pemimpin ini seharusnya tahu, bahwa isu SARA adalah hal yang paling ..paling dan sangat sensitif di Indonesia. Hanya sedikit saja terpercik, akan tertumpah darah. Demi sebuah pembelaan dan solidaritas. Apalagi ini??, mengapa ketika hal ini terjadi beliau hanya bilang perlu waktu untuk lebih pasti apa yang akan dilakukan. Bukankah pihak MUI sudah mengatakan juga bahwa yang diucapkan gubernur ini adalah sebuah penistaan agama?. Apakah itu belum cukup untuk menyeratnya dalam sebuah pengadilan.

Membela Al quran adalah harga mati bagi umat islam. Tak ada yang bohong dan meragukan dari tiap surat dan ayat di dalamnya firmanNya. Siapa penjaga Al Quran sepanjang jaman?, Dialah Allah. Dan Dialah mampu menggerakkan ribuan umat islam seluruh Indonesia untuk datang ke Jakarta, menuntut keadilan. Kalau warga sipil biasa yang mengatakan ini, pastilah aparat akan bergerak cepat meringkus dan mengadilinya. Lalu mengapa gubernur ini tak segera diringkus, just say "Kalau saya memang terbukti bersalah, saya minta maaf". Bukan cuma ucapan permintaan maaf, karena penistaan agama ada undang undangnya. Inilah ytang dipetanyakan jutaan umat. 
Jadi ini bukan soal etnis dan urusan pilkada itu ya cyyyyn.

Seperti saya baca di sebuah opini di koran nasional hari ini. Seorang penulis menyesalkan adanya demo yang mengatas namakan agama. Penulis (Kipandjikusmin) di tahun 1968 menuliskan karya sastra berjudul Langit Makin Mendung. Karya imajinasinya berkisah tentang Muhamad yang turun ke Monas untuk mencari tahu mengapa semakin sedikit umatnya yang masuk surga. Alhasil, pengadilan menggugatnya. Dan HB. Jasin sebagai ediotor tak mau mengungkapkan siapa penulis cerpen sastra tersebut, dan lebih rela beliau yang menggantikan masuk hotel prodeo. Lalu, masih ingatkah kita akan wartawan senior Arswendo itu, yang bikin poling tokoh populer di dunia?, dan hasilnya nabi Muhamad mendapatkan no urut 11 satu tingkat di bawah Arswendo sendiri yang di posisi 10. Umat islam tak terima akan hal ini, yang mungkin saja tujuannya untuk meningkatkan oplah tabloidnya. 

Sekali lagi, semaju dan seberapapun berkembangnya demokrasi di negeri ini, sejarah menunjukkan masyarakat Indonesia sangat sensisitif dengan isu SARA. Dan membela agama, membala nabinya dan membela kitab sucinya, adalah hal yang tak bisa ditawar lagi. Demokrasi yang damai telah ditunjukkan oleh ribuan umat islam pendemo #411 di JAkarta kemarin. Ulama besar, tokoh agama berangkulan untuk menentramkan dan mengajak agar pendemo melakukan aksinya dengan damai. Tetap menjaga kebersiha. Para santri membawa plastik hitam , menyapu sampah disepanjang jalanan agar tak meninggalkan jejak, bahwa umat islam tak menjaga kebersihan, keindahan dan keamanan. Para ulama dan kyai tahulah. Apabila itu terjadi, umat islam akan dijadikan bulan bulanan di dunia medsos.
Meskipun pada akhirnya, sangat disayangkan. MAsih ada saja pihak atau oknum yang bergerak membuat rusuh dan merusak citra demokrasi bersih yang dilakukan umat islam di akhir demo.

Catatan #411
1. Masih buruknya ketegasan hukum di Indonesia, hanya karena ada orang kuat di belakannya. Hingga hukum begitu kebal untuk segelintir orang. Semua demi apa??, tak lain dan tak bukan adalah demi sebuah kepentingan.
2. Demo kemarin adalah demo dengan kedamaian penuh yang sudah sangat dipersiapkan secara matang oleh semua LSM islam, ustadz, kyai , ulama , habib dan pimpinan pondok pesantren. Semua sudah terkoordinasi dengan sangat baik mulai dari komando sampai logistiknya. Islam menunjukkan citranya sebagai agama yang cinta damai tapi tak akan toleran denag sebuah penistaan agamanya.  Dan menjunjung tinggi demokrasi yang cinta damai. 
Jangan dikait kaitkan soal like or dislike, agama atau etnis. Umat islam hanya membela agama dan kitab sucinya. Gak lebih
3. Sikap presiden yang mengecewakan
Pemimpin yang selalu dibutuhkan ketika rakyatnya meminta keadilan, malah pergi entah kemana. Alasan kegiatan yang lebih penting daripada mengurusi demo ribuan orang dan telah menyerahkan urusan ini pada wakilnya dan menteri terkait. Apakah tak terpikirkan oleh beliau yang katanya simple dan membela kepentingan rakyat. Bagaimana apabila kondisi yang tak mengenakkan ini akan menjadi api dalam sekam. Tak ada lagi yang menjamin akan keamanan dan geliat kemarahan umat muslim di dunia pada umumnya dan umat islam di Indonesia pada khususnya. Saya kecewa.

Masih ada harapan 

Apapun yang sudah terjadi, masih ada harapan meski harapan itu makin mengecil. Mungkin hanya sebuah doa dari ribuan rakyat Indonesia yang meminta keadilan akan di dengarNya. 
Harapan juga teruntuk bapak presiden yang terhormat, untuk memiliki sikap tegas dalam bertindak dan mengambil keputusan.

0 comments: