Tak sedikit orang tua yang khawatir ketika melihat anak lelakinya lebih suka bermain boneka ketimbang bermain mobil mobilan. Ada beberapa hal yang menyebabkan kekhawatiran itu muncul, antara lain karena ketakutan perkembangan anak akan menyalahi kodrat dan terjadi penyimpangan transgender dikemudian hari. Walaupun sebenarnya adalah hal yang wajar ketika anak lelaki terutama di usia balita bermain boneka. Usia satu sampai lima tahun, otak dan rasa seorang anak perlu terus diexplore untuk merangsang pertumbuhan fisik dan mentalnya. Mengasah kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Jadi kita tak perlu mengkotak kotak bahwa anak laki laki harus bermain mobil mobilan dan anak perempuan harus bermain boneka.
Saya sendiri, sejak kecil hampir tak pernah bermain boneka. Bukan hanya karena tak suka tapi faktor lingkungan juga mendukung hal tersebut. 3 saudara di atas saya adalah lelaki dan dua di bawah saya lelaki juga. Permainan kami tak jauh dari bermain sepak bola, mobil mobilan dan bermainn boneka tentara. Iya, bermain perang perangan. Itulah permainan saya. Namun seiring berjalannya waktu, saya tak mengalami penyimpangan yang mengkhawatirkan. Hal tersebut dikarenakan, ibu saya masih mengharuskan saya untuk belajar seluk be;luk tentang dapur. Sejak kecil ibu sering mengajak saya ke pasar dan juga memperkenalkan saya bumbu dapur. Bukan hal yang rumit, tapi standar saja. Menurut beliau, bagaimanapun saya adalah perempuan. Meskipun bermain bola dan mbolang adalah hal yang tak terpisahkandari diri saya ketika kecil.
Bila orang tua memberikan mainan pada buah hatinya, maka ikutlah bermain bersamanya
Perlunya bimbingan orang tua
Dan ketika saya memiliki seorang anak perempuan, sayapun memberikan mainan berupa mobil mobilan, perahu dan memberikannya baju mirip laki laki. Celana jins dan kaus singlet. Namun ternyata, anak saya feminimnya sudah sangat terlihat sejak kecil. Dia sama sekali tak tertarik dengan permainan lelaki. Apalagi baju laki laki. Meskipun bermain sepeda adalah favoritnya, tapi tetap warnanya haruslah pink..:).
Lalu lahirlah adik laki lakinya, secara tidak langsung si adik mengkuti permainan kakak perempuannya. Bermain boneka, ada ayah bunda dan anaknya. Mobil mobilan jarang disentuhnya. Tentu saja sebagai orang tua saya harus tetap memantau. Bila saya memberikan anak sebuah mainan, maka saya mewajibkan diri untuk ikut bermain. Misalnya bermain masak masakan bersama gadis kecil saya, sembari bermain saya mengajarkan kegunaan dan apa yang boleh dan tak boleh dilakukan ketika berada di dapur. Maksudnya the real kitchen.
Saya melihat pengasahan rasa pada anak lelaki saya ketika bermain boneka. Rasa menyayangi dan peduli. Rasa melindungi sebagai seorang anak lelaki. Itu yang perlahan saya ajarkan ketika di usia balita dia tengah bermain boneka. Ketika usianya menginjak usia lima tahun, baru terlihat dia mulai meninggalkan mainan kakaknya. Lebih suka bermain robort dan mobil mobilan ketimbang main bapak bapakan. Seperti itulah siklusnya. Dan bila si anak telah bermain dengan yang seharusnya, bimbingan sebagai orang tua tetap dibutuhkan. Misalnya, ketika bermain mobil mobilan atau motor, kita bisa mengajarkan safety drive di dalamnya. Apa yang boleh dan tak boleh dilakukan. Ketika bermain robot dan perang perangan kita selipkan ajaran untuk cinta perdamaian. Agar kelak humanisme anak tetap terjaga.
Jadi mulai sekarang, selama anda memiliki waktu berkwalitas untuk bermain bersama anak anda. Tak perlu lagi mengkhawatirkan anak lelak anda lebih suka bermain boneka.
0 comments:
Post a Comment