Monday, November 28, 2016

Tips Menghadapi Efek Perceraian, Agar Anak Tetap Bahagia Dan Berprestasi


Tak ada manusia di dunia ini yang ingin mahligai rumah tangganya hancur di tengah jalan. Terbersitpun tidak. Semua pasangan menginginkan keluarga yang selalu utuh, happyily ever and after. Apapun alasannya, siapapun yang telah bersalah dalam soal perpisahan. Perceraian tetaplah sebuah hal yang sangat menyakitkan bagi satu sama lain. Tapi siapakah yang mampu menolak suratan takdir?. Bila orang mengatakan bahwa, semua karena ulah manusia itu sendiri, mungkin mereka sedikit terlupa bahwa, tak ada di dunia ini yang luput dari kehendak Tuhan. Sekuat apapun badai menerpa, bila Tuhan tak menginginkan sebuah rumah tangga terpisah, hal itu tak akan terjadi. Pun sebaliknya.

Lalu siapakah yang akan menjadi korban dari perpisahan sepasang suami istri?, tentu anak anak adalah korbannya.(bila memiliki seorang anak). Anak korban perceraian dari kedua orang tuanya, selama ini selalu sering mendapatkan sorotan negatif. Perilaku mereka medapatkan sorotan tersendiri. Media pemberitaan juga tak luput meyoroti da memperbincangka kenakalan remaja adalah salah satu efek dari sebuah perceraian. Terutama bagi para abg atau remaja. Usia ini memang sagat rentan. Kebanyakan mereka masih mencari jati diri. Dan, mereka sangat memerlukan perhatian dan kasih sayang ayah ibuya untuk hal tersebut.

Sebagai orang tua pelaku perceraian, tentu merasa tersudut dengan berita yang ada. Meskipun orang tua sudah berusaha melakukan yang terbaik untuk menghadapi situasi yang tak terduga. Bahkan, oada sebagian dari pasangan yang mengalami perceraianpun, memerlukan waktu untuk menyembuhkan luka. Sehingga tak sempat memikirkan hati anak anak korban perceraaian mereka. Mungkin benar, bahwa waktulah yang kan mampu menyembuhkan luka.
Lalu apakah langkah bijak yang harus dilakukan oleh orang tua dalam menghadapi kondisi tersebut. Tak cuma  mengandalkan waktu dan menyianyikan waktu berlalu begitu saja?.

1. Mengajak anak untuk duduk bersama 
Apabila kapal hampir karam, anak anak, berapapun usianya ajaklah mereka untuk duduk bersama dan  bicara. Utarakan alasan mengapa ayah dan ibunya berpisah. Sebisa mungkin bersikap obyektif. Tanpa saling menjelekkan (ayah dan ibunya) satu sama lain. Berpisah tak harus tak bisa beretemu sama sekali. Yakinkan, bahwa mereka masih bisa bertemu, bercanda dan berbicara dengan ayah atau ibunya kapanpun yang  mereka mau. Cinta orang tua akan selalu ada untuk mereka. Mengatakan bahwa terkadan orang dewasa memilih jarak dan waktu untuk bisa merasakan cinta yang tulus, sepertinya mereka mengerti.

2. Hindari konflik memperebutkan hak asuh anak
Berebut hak asuh anak dalam proses perpisahan sangat lazim kita lihat. Namun, sebisa mungkin hindarilah hal tersebut. Cukuplah perpisahan orang tua menjadikan hati anak anak itu terluka. Buanglah ego karena masing masing merasa benar dan berhak atas anak. Biarkan semuanya berjalan sesuai aturan. Berikan rasa nyaman untuk buah hati. Biarkan mereka memilih tanpa intimidasi. Perpisahan adalah keputusan antara ayah dan ibu, berhenti menyeret nyeret kepentingan anak hanya untuk kepentingan ego orang tua.

3. Komunikas harus tetap berjalan
Apapun masalah pencetus sebuah perpisahan. Kepentingan anak di atas segalanya. Usahakan tak banya yang berubah dari sebuah perpisahan. Komunikasikan semua urusan tumbuh kembang anak, masalah pendidikan dan mental anak. Jangan sampai anak anak merasa hidup mereka pincang usai orang tuanya berpisah. Anak anak berhak tetap bahagia. Luangkan waktu, meskipun akibat perpisahan akan membuat sibuk pasangan yang telah berpisah. Menjadi single parent memang tak mudah. Ini adalah resiko yang harus ditanggung. Sebisa mungkin Tetaplah berbagi tugas dalam mendidik anak anak.

Luka akibat perpisahan bukanlah sebuah perkara mudah untuk dihadapi. Luka akan sembuh seiring dengan  berjalannya waktu. Anak broken home masih bisa merasakan bahagia, bila orang tua bijak memahaminya.
Tanamkan pada anak, bahwa meskipun mereka produk broken home tak harus menjadi anak ugal ugalan dan bermental payah dan miskin prestasi. Banyak contoh bahwa perpisahan orang tua justru memotivasi anak untuk terus menjalani hidup dengan baik. Putra semata wayang Dedy Corbuzier misalnya. Dalam peluncuran bukunya, dia mengatakan dia bisa bahagia meskipun kedua orang tuanya berpisah. Karena cinta kasih dan sayang tiap hari masih bisa dia rasakan meskipun ke dua orang tuanya telah berpisah.
Berhenti saling menyalahkan dan menyebar kebencian. Karena kedamain adalah kunci kebahagiaan. Anak broken home, berhak juga untuk bisa bahagia.
    
   








1 comments:

Dewi Rieka said...

Terima kasih share nya gimana pun keadaan keluarga, anak-anak harus tetap bahagia dan complete ya