Wednesday, January 4, 2017

Pahala Yang Hilang


Kali ini saya akan sedikit menceritakan tentang pengalaman pribadi yang tak mengenakkan. Tentang bagaimana kemiskinan yang dulu pernah mampir dalam kehidupan saya. Sebenarnya enggan juga sih membuka kenangan pahit masa lalu. Bukan karena demi untuk bisa menulis tantangan pada diri sendiri untuk sampaikan walau cuma satu ayat. Namun bukankah setiap kejadian memberikan itibar bagi manusia lain juga manusia yang mengalami itu sendiri?. Kejadian di masa lalu juga memjadi pembelajaran bagi diri sendiri, bahwa ketika kita telah memberikan sesuatu kepada orang lain maka ikhlaskan dan lupakan. Jangan mengungkit kebaikan sekecil apapun yang sudah pernah kita lakukan, apalagi menyakiti hati orang yang sudah kita beri sesuatu tersebut.

 ا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْأَذَىٰ كَالَّذِي يُنْفِقُ مَالَهُ رِئَاءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۖ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْدًا ۖ لَا يَقْدِرُونَ عَلَىٰ شَيْءٍ مِمَّا كَسَبُوا ۗ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir. (Qs. Al Baqarah: 264)

jadi gini..
Saya punya saudara yang selalu membantu orang yang sedang dalam kesulitan, pertolongannya bisa ketika diminta maupun tidak. Biasanya dalam  bentuk materi. Pernah suatu ketika saya diminta datang ke rumahnya karena beliau sedang punya hajat. Berhubung saya masih punya baby yang baru berumur 3 bulan dan dalam kondisi ekonomi yang pas pasan, tentu saja ketika itu saya membawa popok kain agak banyak. Saya juga minta tolong untuk dijemput karena memang kesulitan untuk mencapai rumahnya dengan memakai angkutan umum, sedangkan memakai taksi tentu ongkos akan lebih mahal karena ketidaktahuan saya akan kota besar yang sedang saya tuju. Beliau berkenan menjemput rombongan kami (saya datang bersama saudara yang lain). Sesampai di sana terlihat beliau sudah menunggu dengan wajah yang tak ramah. Karena lama tak bertemu semua bersalaman, namun ketika tangan saya telah terulur, beliau menarik kembali tangannya sebelum menyentuh kulit saya sambil memalingkan muka.

Kaget?  tentus aja. Menangis telah merasa ditolak?, pasti. Namun sudah terlanjur basah, jadi show must go on. Jangan ditanya apa saja yang telah beliau lakukan terhadap saya. Tak diajak bicara, tak dipersilahkan apapun dan diberi aturan ini itu agar saya tak mempermalukan keluarga besar suami beliau. Ah, Tuhan. Kalau saja dia tak memberikan sedikit bantuan ketika saya menikah dulu tentu saya saat itu segera pulang. Pulangpun tak ada uang buat beli tiket..:D. Eh..perlu diketahui bahwa bantuannya dulu pernah saya tolak, karena saya ingin pernikahan saya adalah pernikahan yang sangat sederhana. Sesuai dengan budget yang saya punya. Namun dia memaksa karena melihat ibu saya. Juga karena menurutnya sayalah satu satunya saudara yang tak pernah meminta bantuannya. 

Pernah suatu hari beliau mengirim pesan ke nope saya, padahal ketika itu kami ada dalam satu ruangan. Dia meminta saya mengirimkan oleh oleh buat saudara dengan imbalan memberikan saya pinjaman untuk biaya acara khitanan anak saya. Isi sms itu memang hanya memberitahu alamat yang harus didatangi. Lalu saya balas dengan jawaban "OK, sist". Dan masih jelas terngiang di telinga, beliau mengatakan "Syetan, gitu saja dibalas". Terkejut bukan main, dan saya diam diam menangis. Bagaimana mungkin seorang saudara harus begitu kasar dan mengatakan syetan kepada saudaranya sendiri. Kalau memang tak ingin membantu cukup katakan tak bisa. Bukan terus menerus menyakiti hati saudara sendiri, bukan?. Dada ini m,asih luas untuk bisa menerima dan memaafkan.

Meskipun semakin banyak yang dia katakan sangat menyakiti hati. Hingga suatu hari, ketika badai menghantam kehidupan saya, dan membuat akhirnya membuat saya memutuskan sesuatu yang tak bisa diterima oleh keluarga. Beliau tak cukup hanya mencaci tapi juga menghapus saya dari daftar saudara. Tak pernah lagi menegur dan membalas salam ketika kami bertemu di acara keluarga besar. Diam dan diam adalah cara terakhir saya untuk mengobati luka hati. Cukup sudah banyak penghinaan yang sudah saya terima, hanya mendoakan agar hidayah Allah turun untuknya.

Dari kisah yang pernah saya alami. Ada hikmah yang bisa dipetik. Bila kita tak mampu membantu orang lain, janganlah menyakiti. Bila kita telah memberi ikhlas lalu lupakan. Bila yang lain tak sejalan dengan kita tak perlu kita memaksakan kehendak kita. Apalagi, jika yang mereka lakukan sama sekali tak merugikan kita. Jangan biarkan pahala kebaikan kita lenyap ketika orang yang kita berikan sedekah atau bantuan justru kita sakiti hatinya. Yakinlah, bahwa tak ada kebaikan yang tak dicatat oleh Allah swt, dan Dia akan membalasnya dengan berkali lipat pahala untuk kebaikan sekecil biji sawi sekalipun. Tak perlu juga kita tunjukkan kebaikan yang sudah kita berikan kepada orang lain, biarkan tangan Allah yang akan membalasnya. Lidah tak bertulang, sangat mudah mengucapka kata kata. Namun kata kata yang keluar dari mulut kita ibarat anak panah yang terlepas dari busurnya. Sekali menancap pada bidikan, akan tetap meninggalkan bekas. Jadi, berhati hati dalam menjaga lisan, adalah cara bijak agar amal ibadah kita tak sia sia

2 comments:

Cah Bantul said...

wah wah kok sampe segitunya ya :'(

April Hamsa said...

Hiks pasti sedih punya saudara gtu bgt. Sabar dan doakan spy segera sadar ya mbak :)