Thursday, May 23, 2013

Antara Indari Mastuti, Evi Indrawanto dan Wieke Gur

Tiga nama pada judul postingan di atas adakah hubungan diantara ketiganya?. Mungkin iya mungkin juga tidak. Tapi bagiku ketigannya adalah orang yang membuatku makin berani mengekspresikan diriku dengan menulis. Tak perlu menjadi orang lain dalam penulisan apapun,just be myself. Tak perlu khawatir tulisanku tak ada yang membaca ketika sudah kulempar ke arena perkumpulan para blogger,karena saat ini yang membuatku begitu nyaman dan merasa bebas adalah ketika kuketik tanda titik pada tulisanku. Tanda yang mengakhiri apa yang tertuang dari hati dan pikiranku. Tak perlu Aku berkecil hati dengan komentar para pembaca,karena bagiku komentar apapun itu akan memberi warna dalam tulisanku. 

Buku mbak Indari Mastuti yang berjudul Ternyata menulis itu gampang kubaca dan kusimak dengan baik. Disinilah awal Aku berani menerapkan menulis dengan gaya bahasaku sendiri. Sebelumnya,Aku suka wara wiri ngintip blog para blogger. Senang membacanya senang pula menikmatinya. Mencoba meniru gaya tutur bahasa mereka,tapi setelah membaca ulang,terasa ada yang aneh. Berkali kali kuedit,hasilnya sama. Terlintas dalam hatiku,"Hei,Aku bukan penulis profesional,Aku hanya ingin menulis apa yang kurasa dan tercetus on my mind dalam keseharianku,dalam duniaku dan catatanku. Mengapa menulis bukan dengan nurani sendiri?. Bersyukur kini kusudah menemukan keberanian menulis dengan apa adanya diriku.


Mengapa nama Evi Indrawanto bersanding dengan nama mbak Indari Mastuti? jawabnya sederhana saja. Aku mencoba peruntungan on Giveaway jurnal Evi Indrawanto dengan judul postingan Belajar menjadi Ibu yang baik. Seperti ikutan pada GA yang lainnya,tak ada target apapun ,nothing to loose dah,pokonya  ikutan  dan menulis. Namun tak kunyana dan tak kuduga,namaku ada ada di daftar para pemenang. Haduuh ..Alhamdulillah ..biarpun bukan pemenang utama,tapi senengnya bukan main.  Dapat hadiah buku pula, judulnya "Jatuh Cinta Lagi" karya Wieke Gur.


Buku Wieke Gur adalah buku hadiah pertamaku. Saat mendengar nama tersebut keningku berkernyit,seperti nama seorang pencipta lagu jaman Aku remaja dulu. Apa dia sudah alih profesi dari pencipta lagu ke penulis ya?. Dan covernya,hemmm dewasa banget. Pas dengan judulnya. 
Kucoba menebak isi buku ini,cover yang bergambar kemesraan dua insan yang sedang jatuh cinta. Kata "Lagi" dalam judul tersebut mungkin akan ada ramuan cinta kedua,ketiga dan lainnya. Makin penasaran,kubuka bungkus plastiknya,daaaan...olala benarlah, penulisnya adalah Wieke Gur sang pencipta lagu lagu festival era tahun 80-90an. Buku ini berisi perjalanan Wieke Gur dalam menulis tiap lirik lagu ciptaannya. Tiap lagu memiliki kisah,mood dan emosi tersendiri. Wieke Gur memiliki kesamaan denganku di waktu kecil dulu. Sama sama pernah membakar buku Diary ...:). Lagu yang dulu kusuka dibawakan oleh Harvey malaiholo berjudul Seandainya Selalu Satu. Liriknya sangat kuat terlebih aransemen musicnya oleh Alm Bang Elfa Secioria. 
.......
Kisah cinta ini,bukan kehendakku,bukan juga kehendakmu,tapi kehendakNya
Kutau tak mungkin terjadi,bagai asa yang tak bertepi
Harus kuakhiri,harus kuhadapi sepi hidup ini
Seandainya Kita selalu satu dalam kisah cinta juga dalam cita,
Seandainya Kita slalu berpadu dalam angan dan harapan
Dalam suka atau nestapa
Dalam langkah menuju hidup bahagia

Lirik dan aransemen layaknya soulmate,menyatu hingga membuat sebuah lagu menjadi begitu bernyawa.

Don't judge the book just from the cover,sungguh tepat untuk buku ini. Buku yang bercover "Ehm",membuat pikiran orang kemana mana ,namun isinya jauh berbeda,mungkin ini masuk dalam strategi pemasaran para publishing.

Anyway,terima kasih buat mbak Indari Mastuti founder Ibu Ibu Doyan Nulis, yang telah menyemangati para ibu menyalurkan energi positifnya. Mbak Evi Indrawanto yang telah mengadakan Giveaway dan membuat Aku makin seneng nulis sejak dapetin buku hadiahnya, serta  mbak Wieke Gur yang telah menuliskan lirik lagu indah dan menyentuh bagi penikmat music tanah air.

keep writing





2 comments:

Tri Sapta said...

Sepakat buku mak Indari itu membuat orang tidak takut untuk menulis.

Tri Sapta said...

Sepakat buku Indari tersebut membuat orang berani menulis.