Senin pagi, 16 Mei
2016...
Tak seperti biasanya,
pengunjung pertama warkop pagi ini, bukanlah para lelaki pekerja yang akan
berjuang mencari nafkah demi keluarga. Tapi sekitar sepuluh anak yang berebut
memesan es susu dan aneka camilan sambil menyodorkan uang di hadapanku. Tak
lupa menanyakan apa sandi wifi hari ini. Aku terpana melihat tingkah laku
mereka.
Heiii...bukankah hari ini
bukan hari minggu, tapi hari senin. Bukankah seharusnya mereka sekolah?. Tentu
saja aku bertanya pada gerombolan anak anak ini, mengapa datang ke warkop
sepagi ini dan tidak berangkat sekolah. Jawaban mereka tanpa dikomando dan
serempak kompak menjawab, bahwa hari ini mereka libur , karena
kelas dipakai siswa kelas VI SD menjalani Ujian Nasional. Dan mengertilah
daku..:)
Kupersilakan mereka
duduk, dan memesan satu persatu minuman yang mereka mau. Usai kutunaikan semua
pesanan, baru aku berikan secarik kartu kecil berisi kata sandi wifi hari ini.
Lalu aku duduk mendekati mereka, layaknya seorang ibu yang sedang berbincang
dengan anaknya dan kepo dengan isi hape mereka. Apa yang dicari pagi ini sudah
sibuk berwifi.
Duh..meski hidup di desa,
gadget mereka tak kalah dengan gadget anak kota. Perkembangan teknologi dan
dunia maya memang luar biasa. Anak anak ini belumlah bisa mencari uang, tapi
dalam genggaman, hape, tablet dan ipod adalah merk ternama. Entah apa pekerjaan
orang tua mereka,
kalau melihat banyak pabrik
dan home industri di sekitar warkopku ini, kemungkinan besar orang tua mereka
adalah pekerja pabrik.
Bak mengupas kulit bawang
merah,, semakin terbuka kulitnya semakin perih terasa. Satu kasus terbuka,
kejadian asusila yang lain ternyata lebih membelalakkan mata dan mengiris dada.
Dari banyak kasus yang terkuak, motif pelaku bukan hanya menyoal kata dendam
dan kecewa. Masih sangat jelas di ingatan kita saja kasus yang menimpa gadis
bernama Yuyun di Bengkulu, pelaku melakukannya usai menenggak miras, meski
sekelas toak lokal.
Penyebab lain adalah
mereka yang melek internet, tapi tak bijak dalam penggunaanya. kebablasan dalam
penggunaan gadget, kemiskinan sampai minimnya pengawasan dari orang tua dan
lingkungan sekitarnya. Hal ini sangat berpengaruh atas masalah kemunduran moral
generasi negeri ini. Lihat saja, pelaku bukan hanya orang dewasa, tapi anak di
bawah umur bahkan anak yang masih duduk di sekolah dasar. Tak memiliki hape,
mereka bisa mengakses internet lewat warnet, melihat video yang bersifat
asusila.
Parahnya, pemilik warnet
atau penjaganya, seolah gak peduli apa yang dilakukan oleh anak anak dibawah
umur yang mendatangi warnet mereka.
Tiba tiba saja, tanpa
sadar kutepok jidatku sendiri. Di depan mataku, ada anak anak SD sedang larut
dengan dunia maya, mata mereka tertancap pada gadget tanpa peduli dengan
sekitarnya. Langsung kuberdiri,, dari balik punggung mereka kuperiksa satu
persatu apa yang mereka lakukan dengan gadget mereka.
Lima anak sedang asik
bermain game coc, 3 lainnya tertawa cekikikan nonton video lucu lewat you tube.
2 lainnya sedang chatt lewat BBM. setdah, aku garuk garuk kepala yang tak
gatal.
Para pembeli lelaki
dewwasa sudah mulai berdatangan, untuk memesan kopi. Aku masuk ke dalam ruang
barista, yang terpikir olehku saat itu hanyalah, di warkopku mereka adalah
tanggung jawabku. Entah apa alasan mereka lebih memilih warkopku daripada
warkop lain yang ada di sepanjang jalan raya ini. Meski semuanya ada fasilitas
wifi. Tapi, aku tak mau terlena dengan apapun alasan mereka, meski waktu
kutanya alasannya diantara mereka menjawab tanpa menatap mukaku, "Di
warkop lain gak enak".
Kubalikkan badan,
kutepukkan kedua tanganku meminta perhatian mereka, serempak wajah
wajah lugu itu menatapku, tak terkecuali lima lelaki dewasa yang baru
datang.
"Nak, silahkan
berwifian sepuasnya ,donlot dan melihat apapun sesukamu. Asalkan bukan video
porno dan gambar asusiala. Kalau ketahuan olehku, hape atau gedget kalian akan
aku sita dan harus orang tua kalian yang mengambilnya, ngerti???". Jawaban
mereka ada yang jawab "Nggih buk" ada yang hanya mengangguk .
Sedangkan lelaki dewasa ,
senyum senyum sambil membenarkan sikapku, ada yang nyeletuk sinis, bahwa aku
kejam terhadap anak anak. Bakul kopi gak peduli dan sedikit bisa tenang
dengan aturan yang mendadak tercuat. Ada wifi di warkop ternyata bisa membuat
bulu kuduk merinding dan merasa ada beban moral yang berat.
Kulanjutkan bekerja,
mengaduk kopi , melayani pembeli yang datang dan pergi silih berganti. Selang
satu jam, kembali kuberdiri, mengecek kesepuluh bocah tadi, dan alangkah
terkejutnya aku. Salah satu dari mereka tengah asik melihat video yang naudzubilah,
tak pantas ...sama sekali tak pantas untuk mereka konsumsi.
Kutenangkan dadaku yang
mulai bergemuruh, dari belakang punggungnya aku bertanya.
"Donlot video di
sini ya?",
rupanya alam bawah
sadarnya tengah menikmati adegan mesum tersebut, tanpa melihat siapa yang
bertanya dia menjawab "Iya".
Sedetik kemudian, dia
melihatku dan meletakkan hapenya di atas meja dengan layar posisi
tengkurap. Wajahnya terlihat ketakutan.
Mukaku kupasang serius,
mengingatkan pada si anak atas aturan yang kubuat sejam yang lalu. Kuambil
hapenya dan kusita. Tanpa melihat isi hapenya. Kupersilahkan dia datang ke
warkop bersama orang tuanya untuk mengambil hapenya.
Teman temannya langsung
riuh, ada yang menertawakannya seolah berkata "Sukurin luu" dan
yang ikut berwajah ketakutan. Sedangkan si anak wajahnya semakin tegang,
memohon untuk tidak menyita hapenya. Aku tak bergeming.
Singkat cerita, malam
harinya ibu anak tersebut mendatangi warkop. Entah apa versi cerita si
anak ketika pulang dengan hape kusita. Si ibu duduk di depanku denga wajah
marah dan volume suara agak keras. Aku berusaha tenang menghadapinya, karena
merasa benar, yakin semua demi kebaikan anaknya. Kupersilakan ibu itu
masuk dan duduk ke dalam ruangan tempatku menyeduh kopi. Aku tak ingin masalah
ini heboh dan orang sewarkop jadi bertanya tanya, tapiiii....
Ibu itu berkata dengan
nada pongah, "Anakku bukan anakmu, jangan ikut campur apa yang dia lakukan
dengan hapenya. Anda tidak berhak menyita bape anak saya. Memang anda yang
membelikan hape?. Guru bukan orang tua bukan. Cuma penjaga warungg kopi saja
sok sok an nyita hape pembeli. Gak usah pasang waifi kalau ada anak kecil
donlot game saja gak boleh. Anakku beli minum di sini, gak cuma sekedar nunut
waifi" .
ulala...telinga siapa
yang tak panas sodara, dan berusaha tenang diantara tatapan wajah para pembeli
yang lagi rame bukanlah perkara mudah. Ini menurunkan kredibilitas Perempuan
Barista.
Tanpa banyak bicara, saya
keluarkan hape dari dalam tas dan kubuka video yang didonlot anaknya pagi tadi,
sebelum kutunjukkan video itu kepada ibu tersebut., aku katakan padanya.
Bahwa,:
"Bu, ini warkop
saya, aturan sayalah yang berhak mengeluarkannya. Saya tak pernah membatasi
apapun yang di donlot dan aplikasi apa yang dibuka oleh pembeli. Silakan bertanya
pada semua pembeli yang datang malam ini. Tapi ada aturan khusus untuk anak
anak dibawah umur. Kalau sampai mereka donlot video porno, gambar asusila
hingga sampai membukanya di warkop ini, akan saya sita hapenya, dan silakan
orangtua yang mengambilnya.Ini demi kebaikan mereka, kebaikan anak anak kita.
Anak ibu memang bukan
anak saya, tapi saya peduli. Ibu pasti mendengar dan membaca berita tindakan
pemerkosaan dan pecabulan yang berseliweran di koran dan TV kan?, dan melihat
video ini adalah salah satu penyebabnya. Orang tua saya minta datang
mengambilnya, itu karena saya hanya ingin mengajak orang tua untuk lebih peduli
dan mengawal apa yang dilakukan oleh anak dengan hapenya. Silakan ibu melihat
video yang di donlot anak ibu di warkop ini pagi tadi". Lalu
kusodorkan hape padanya...
Wajah ibu tersebut
terkejut, mungkin tak menyangka dengan apa yang sudah dilakukan anaknya yang
masih duduk di sekolah dasar. Aku hanya berucap, jangan salah paham
dengan apa yang kulakukan pada anaknya. Aku tak memarahi anaknya apalagi
menyentuh kulit untuk menyakiti anaknya. Hanya menyita hape dan mengajak
bicara orang tuanya. Mencegah lebih baik daripada mengobati.
Orang tua adalah gerbang
pertama perlindungan anak terhadap akses hal hal yang berbau pornografi.
Penyebab anak melakukan pencabulan dan pemerkosaan di usia belia. Jangan lagi
ada korban wanita dan anak anak tak berdosa yang menanggung akibat dari
pornografi. Sesekali, kita harus cek and ricek isi hape.
Mengalir air mata di pipi
ibu tersebut, lalu dia berdiri dan keluar dari warkop tanpa sepatah
katapun. Menyalakan motor di parkiran dan melesat pergi. Sebagai orang tua,
meski anakku telah beranjak remaja, dan belum mengalami kejadian yang ibu
tersebut alami aku sangat memahami perasaannya. Namun, aku lebih merasakan
sakitnya korban dari gambar gambar porno yang dijejalkan pada anak di bawah
umur. Trauma itu, terbawa hingga saat ini.
Aku tak ingin mendengar
lebih banyak berita yang membawaku kepada kenangan puluhan tahun silam. Yang
aku tak mampu menguburnya dalam dalam. Semoga para penjahat seksual, mendapat
hukuman seberat beratnya. Dan hentikan kekerasan dan pelecehan seksual terhadap
wanita dan anak anak.
Ternyata, berbuat
kebaikan sekecil apapun, belum tentu baik juga di mata orang lain.
Seringkali sikap kesalah pahamanlah yang kita dapatkan. Prasangka buruk lebih
dikedepankan. Namun, keyakinan bahwa kebaikan kecil yang kita lakukan
akan berdampak besar bagi orang lain, dan Allah tak pernah tidur untuk melihat
dan merestui apapun kebaikan yang dilakukan hambaNya.
Teruslah berbuat kebaikan
sekecil apapun selama nyawa masih mendekap raga.
9 comments:
MasyaAallah... banyak orangtua yg tak paham dan gak tau apa yg anaknya kerjakan dgn hapenya. Ya Allah... miris saya membaca ceritanya mba
Masih banyak mbak...banyak bgt. Malah ada yg lebih miris. Dan ini nyata. Sya ngeri mau nulis kisahnya
Tindakan mba sudah benar kok dan saya angkat jempol untuk mba, ketika ada yang memasuki "area" dimana kita yang bertanggungjawab maka saya setuju untuk menegur dan bertindak. Kejahatan akan teruz ada karena orang-orang baik hanya diam.
salam kenal y mba ^^
izin menyimak
Support! Gimana orang dewasa malah begitu dungu dengan urusan anak kecil? Mbak sudah berlaku benar!
mbak.. shohibul hajat bewe yaa.. :)
Makasih mbak Noorma..
Subhanallah, salut pada sikap mbak Enny yang tegas. Dijaman seperti ini kita memang harus tegas untuk menegakkan kebenaran ya mbak, apalagi ini berhubungan dengan moral anak-anak.
Sukses GA nya ya mbak :)
Amar makruf nahi munkar memang tak mudah ditegakkan mbak, bismillah aja ya, Allah pasti menolong niat yg baik.
Makasih kunjungannya..:)
Post a Comment